3/60hariBercerita

3/60 bus yang umurnya gak tau berapa, mungkin seumuran dengan Indonesia merdeka, masih semangat melaju sepanjang jalan lintas muara enim-palembang.
.
.
Bus yang merupakan salah satu transportasi yang dimanfaatkan oleh pegawai puskesmas. Ya nasib baik kalau dalam perjalanan busnya berjalan mulus, kadang malah harus mogok, ban pecah atau paling naas busnya kebalik. Wallahualam.
.
.
Perjalanan palembang-puskesmas sukarami, selama 2.5 jam jika jalan mulus bebas hambatan. Bolak-balik 5 jam. Selama 5 jam para pegawai puskesmas menghabiskan waktu, tua di jalan mungkin. Tapi tidak ada pilihan, itu kewajiban. Namanya juga abdi negara.
.
.
Sebelumnya saya hanya memandang dari sisi saya, namanya juga resiko kerja, ya harus seperti ini. Sebelum saya benar-benar mencoba bolak-balik puskesmas palembang dengan menggunakan tranportasi ini. Jam 6 pagi sudah harus keluar mengejar bus, kalau lewat harus memilih transportasi lain, dan tentu costnya lebih mahal. Setelah sampai di persimpangan, saya harus memikirkan masuk ke dusun yang jaraknya 25km dari jalan besar. Pilihannya kalau tidak menggunakan ojek atau tidak mencari teman yang bawa kendaraan, bisa dari satu puskesmas atau dari instansi lain. Simbiosis komensialisme, yang penting sampai Puskesmas dengan waktu yang mepet.
.
.
Waktu pulang pun gak kalah seru, keluar jam 4 dari puskesmas, menghabiskan satu jam menuju jalan besar dengan sebelumnya sudah memikirkan keluar dengan cara apa, kemudian menunggu bus datang, nasib baik jika tidak menunggu lama dan tidak terkena macet (maklum kalau sore truk yang membawa batu bara sudah mulai berkeliaran) syukur-syukur jam 6.30 sudah sampai dirumah, nasib buruk sih jam 9 malam masih terjebak macet.
.
.
Ini bakal berulang 5 kali seminggu. Lelah? Pasti, superman pun juga setuju sepertinya. Tapi kembali lagi, resiko kerja dan pilihan hidup. Apresiasi buat para abdi negara yang perjuangan untuk ketempat mengabdi saja sudah menghabiskan hampir 1/4 dari 24 jam mereka. Tetap menyempatkan kumpul dengan keluarga walaupun hampir 3/4 hari mereka dihabiskan untuk negara.
.
.
Hidup harus memilih, nyata di depan mata. Kita kadang terlalu nyinyir dengan pilihan hidup orang, sampai kita benar-benar coba diposisi mereka. Seperti uang logam, melihat sesuatu harus dari dua sisi.
.
.
Ps : nasib memang mengambil andil banyak dalam hidup šŸ˜‚
#60hariBercerita
IMG_1288.JPG

2/60hariBercerita

2/60 Mungkin memang nasib yang mengharuskan 5 kepala ini bertahan satu rumah selama 12 purnama. Waktu pelatihan dibilang kelompok paling “jumawa”, tapi fakta dilapangan kelompok yang paling selow malahan datar.
.
.
Kelompok yang minim konflik internal kayaknya ( Aris Tri Susilo, Maharani Jibbriellia, Riska Arisman, Noor Aysah May), bahkan sangat menghindari perdebatan. Ya, entah karena memang satu visi atau entah karena memang memahami sifat masing-masing atau efek bonding tim waktu pelatihan Atau memang “percayalah kepada teman satu tim” benar-benar terpatri di otak kita masing-masing.
.
.
Aku sangat bangga dengan apa yang sudah kita beri, walaupun kadang hal yang kita beri masih jauh dari ekspektasi. Mungkin kita juga malu, karena kalau di review, banyak harapan-harapan yang dititipkan namun belum bisa kita wujudkan.
.
.
Waktu kita sedikit lagi, makin kesini makin banyak hal diluar dugaan terjadi. Yang dulu kita merangkak sepertinya sekarang sudah saatnya berlari. Yang penting inget motto kita aja “sing penting yakin”.
#60hariBercerita
IMG_1287.JPG

1/60. 305 senja sudah kita lewati di penempatan masing-masing. 305 kali juga mentari tidak bosan-bosannya menyemangati kita ditiap pagi-Nya. Terlalu sedikit awal yang baru kita mulai, mungkin semua akan setuju bahwa waktu setahun itu tidak cukup.
.
.
46 pemuda yang keluar dari zona nyaman sebelumnya mencari zona nyaman lainnya, dengan riwayat CV yang luar biasa. 46 yang mencoba memberi semampu mereka, sedikit perubahan untuk Indonesia
.
.
Diawali pertemuan tatap muka pertama kali di Anjungan Lampung, antrian mandi yang kadang memaksa kita untuk mandi jam 4 pagi, jalan kaki ke tempat pelatihan selama seminggu yang lumayan membuat betis memuai, olahraga tiap pagi walaupun tidak membuat garis timbangan Rezka Kenara Bintang Putra geser ke kiri, jadwal piket yang harus memastikan pelatihan hari itu berjalan tanpa hambatan, ice breaking yang disiapin sebelumnya jika kalau bosan ada pengalihan sesaat, selalu semangat kalau weekend karena bisa pegang hp lagi, yang kalau ketemu alfamart udah senang jiwa raga, me time yang cuma dihabiskan di Tamini, yang tiap minggu sibuk sama self assesment, terlalu banyak lah peristiwa 49×24 jam yang kita lalui
.
.
Yah, bertemu kalian selalu memberi inspirasi. Terlalu banyak cerita yang akan didengar 60 hari lagi. Semangat selalu 46 anak panah di 9penjuru.
#60hariBerceritaIMG_1286.JPG

Fall for Love?

“Kenapa kamu bisa jatuh cinta sama dia?”

Pertanyaan yang gampang buat ditanyakan, tetapi aku harus memutar otak, menggerakan semua impuls saraf yang ada di otak untuk menjawab pertanyaan sederhana itu.

Jatuh cinta tidak butuh alasan. Wise people said like that. Iya benar, kadang seseorang jatuh cinta begitu saja, tanpa dia tau alasan kenapa dia jatuh cinta.

Nyaman, jawaban yang paling mainstream dijawab sama semua orang. Iya nyaman, saat nyaman sudah bertahta, adakah hal lain yang mampu mematahkan?

Ibadahnya bagus. Salah satu hal yang dilihat untuk membuat seseorang jatuh cinta. Iya, ibadah. Bagaimana dia bisa bertanggung jawab buat pasangan nanti, sedangkan bertanggung jawab sama Allah aja masih susah.

Jatuh cinta memang tak direncana, tapi setidaknya masih bisa memilih untuk jatuh ke hati yang mana.

09 agustus 2016

Danau Rata,

Hari ini, hari ke-3 survey kesehatan remaja. Survey kali ini diadakan di MTs negri di desa Danau Rata. Survey diadakan siang hari karna sekolahnya dibagi duaĀ shift.Ā Pagi gedung sekolah digunakan untuk proses belajar siswa MA dan sore baru digunakan untuk MTs. Pukul 13.30 saya dan tim bergerak dari Puskesmas ke sekolah.

Sampai disekolahan, saya dan tim disambut oleh beberapa orang guru. Sedikit diskusi mengenai persiapan survey, membahas anak-anak murid seperti apa yang akan dipilih. Tak perlu lama, para guru pun telah memiliki nama murid yang menurut mereka sesuai dengan kriteria yang saya dan tim minta. Ya, tidak terlalu muluk memang, yang setia saja buat saya dan tim lebih dari cukup.

Pukul 14.00, murid yang terpilih telah berkumpul di kelas. Sebelum saya dan tim masuk kelas, salah seorang guru menitip pesan, “Tolong menginspirasi mereka tentang masa depan”. Kalimat yang sederhana tetapi menggelitik hati. Ya, menyesihkan memang, disaat para pemikir bangsa mengeluarkan kebijakan yang berharapĀ outcome-nya semua anak Indonesia mendapatkan pendidikan yang sama, tetapi hal ini sebanding juga dengan terjadinya angka putus sekolah. Banyak faktor memang, tetapi mungkin sisi ekonomi masih menjadi juaranya.

Bercermin ke diri sendiri, memutar memori di otak kembali, membongkar semua laci, mengingat apa yang saya lakukan saat saya masih seusia mereka. Lebih kurang 10 tahun yang lalu, saya yang bersekolah di salah satu SMP negri di kota Bukittinggi, harus berpacu dengan waktu karna jarak tempuh rumah dan sekolah lumayan jauh. Harus merepotkan orang tua supaya bisa mengantar atau jemput sehingga saya bisa tidak terburu-buru ke sekolah. Bukan tidak bersyukur dengan apa yang telah saya lakukan saat seusia mereka, tetapi masih saja berfikir jika saya rajin belajar mungkin saja saya bisa mendapatkan hal yang lebih lagi. Ya, yang saya fikirkan hanya bagaimana saya memahami semua pelajaran dan mendapatkan prestasi di sekolah.

Setelah melihat mereka, saya menjadi orang beruntung. Mungkin beban hidup saya tidak seberat beban hidup mereka. Saya tidak perlu memikirkan baju seragam sekolah yang tidak kering karna saya memiliki lebih dari satu, atau saya tidak perlu khawatir jika alat tulis saya hilang karna oh bisa dibeli nanti saat pulang sekolah. Iya, lagi-lagi masalah ekonomi.

Masalah ekonomi, masalah krusial memang. Mereka mungkin harus memilih antara dua hal tersebut, sedangkan saya saya tidak ada pilihan. Pilihan saya hanya dapat ranking atau tidak, belajar rajin dan kemudian melanjutkan sekolah ke SMA favorit. Terlalu ringan beban hidup saya dulu dibandingkan mereka.

Sewaktu masuk ke kelas, saya perhatikan mata mereka yang sedak menunduk dan fokus mengisi kuesioner yang dibagikan tim. Kenapa mereka tidak seperti saya? Yang datang ke sekolah berfikir keras berapa nilai a jika diketahui nilaiĀ V dan t.

Mereka yang lebih familiar dengan aibon. Atau yang lebih memilih untuk jadi ART dibandingkan memgetahui nilai a yang menurut mereka hal itu lah yang membuat mereka menikmati masa pancaroba mereka.

Cita-cita, mungkin kalimat ini yang saya harap dapat memantik semangat mereka, membuka mata mereka bahwa banyak hal yang mereka lakukan untuk diri mereka, keluarga dan bahkan untuk bangsa, Indonesia.

Sedih, pasti. Kadang geram untuk bisa menjadikan mereka setidaknya mendapatkan pendidikan yang tinggi, memiliki impian yang besar, atau mimpi yang aneh, namun setidaknya mereka memiliki itu dengan harapan yang mungkin hanya 0.000 sekian mm.

Berbicara tentang pendidikan, selalu menjadi hal yang menarik untuk saya. Berharap saya bisa menyelesaikan semuanya. Berharap mereka setidaknya merasakan hal yang sama, dengan mereka yang berada di daerah yang penuh peradaban. Namun, menilikik kembali, pendidikan mereka bukan hanya milik guru di sekolah. Tetapi adalah milik mereka yang merasa bahwa Indonesia harus diteruskan oleh orang-orang yang luar biasa.

Distance

How could we still in love each other eventhough we never meet regurally?
How could we still laugh together eventhough we’re doing different things everyday?
Distance
Yes, we are a part for billions km, for different town
I don’t know, how long it will be?
How long i should saving my longing for?
How many liters the tears drop when i miss you, i can’t remember it,
How could i’m making down when insecure is running on my head?
I’m just waiting for
Waiting the time when i’ll see your mouth curved in smile,
Counting the days when the sparkle comes out in your eyes,
I wish, the patience is still mine and this love is still yours,

Sincerally,
Yours

Pilihan



Mungkin buatmu memiliki pilihan itu hal yangĀ indah

kamu bisa memilih apa yang kamu inginkan

Setidaknya jika kamu tidak suka yang pertama

kamu masih bisa memilih yang kedua bahkan yang ketiga

Ya, setidaknya selagi bisa memilih kenapa harus jadi yang dipilih

tapi

buat aku, memilih itu hal yang paling berat

apalagiĀ dengan sifatku yang kadang dari a bisa berubah jadi b

bahkan jadi z

buatku memilih itu membingungkan,

Lebih membingungkan dari menghitung jumlah kalori pasien DM

Lebih membingungkan dari menghitung jumlah rantai atom c-h

Aku seperti anak-anak yang dibawa ke toko mainan

anak anak yang memiliki nafsu untuk memiliki semua mainan yang ada

setelah semua mainan yang dia suka sudah ditangannya

tetap saja semuanya tidak bisa dia miliki

dia hanya bisa memiliki setengahnya

dan sisanya harus dia bayar dengan air mata

Mungkin aku juga harus seperti itu,

melepas satu pilihanku

mengeratkan yang sudah ada digenggamanku

Berat buatku, mungkin juga buatmu

karna kamu adalah orang yang tepat

Yang dihadirkan Tuhan di waktu yang tidak tepat

The-half-of-my-soul-for-ayear

Haii, udah lama aku gak nulis di sini. Febby is back. Sekarang aku udah dokter, alhamdulillah, ahhahaha. Dan sekarang aku lagi internship, ehmmm, wait, bukan, aku sekarang lagi jalan-jalan sambil internship di Sumbawa Besar, yang awalnya aku gak tau Sumbawa Besar itu masuk kepulauan di Indonesia.
Di sini aku bertemu 20 orang dokter umum lulusan dari seluruh Indonesia. Yang paling banyak sih dari Jogja, beberapa ada yang dari Jakarta dan ada yang dari Sumatra. Dari provinsi NTB nya juga ada beberapa orang. I’m happy, cause i meet the new friends who will fullfiled my entire days for a year.
Mungkin aku kali ini bakal nyeritain, semoga isinya fakta semua sih, nyeritain teman sekamar aku yang paling hits. Hahah. Namanya Zainah Fitria, panggilan akrab Zai. Cewek cantik ini yang akan setia mendengarkan dengkuran aku selama setahun kedepan. Tolong nikmatin ya Zai, i know, next year, u’ll be missing my snoring.
Sebenernya zainah bukan teman sekamar aku, cuma karna ada satu dan lain hal, akhirnya kita jadi sekamar. Zai adalah temen internship yang terakhir masuk di grup line, dia di invite karna akhirnya ada yang sadar kalau kita kekurangan anggota. Waktu di invite, dalam hati, akhirnya ada yang cantik juga yang internship bareng aku. Kan gak enak kalo cantik sendiri.
Karna kecantikan Zainah, aku mulai kepo. Mulai cari tahu segala sosmed dia, aku mulai ngesearch di Instagram. And i found, she was none jakarta pusat. Bangga gitu, ternyata punya teman none dan ternyata menjadi teman sekamar. Tapi mulai agak “krik”, takutnya kita berbeda, berbeda dalam berteman.
Akhirnya, hari itu, tepat di depan kolam hotel Jayakarta, aku ketemu sama zainah. Dan alhamdulillah, dia kerudungan. Good impression for the first sight. Cie gitu, haha. Kita salaman, heboh heboh ala ala wanita wanita sosialita baru ketemuan. And she was nice.
Mungkin yang awal aku takutkan, karna aku pernah ngelihat akun IG none Jakarta yang sepertinya pergaulannya agak Subhanallah, jadinya aku berfikir pergaulan Zai juga subhanallah. Setelah aku melewati hari hari membosankan di Sumbawa selama sebulan dengan Zai, ternyata yang ditakutkan itu salah. Dia ternyata gak se sosialita yang aku pikirkan. Dia ternyata lebih bersahaja dan lebih mudah bergaul dengan rakyat jelata.
Zainah partner in crime aku selama di IGD, teman jaga bareng selama di IGD. Temen ngatur jaga biar bisa jalan-jalan. Partner buat dimarahin sama konsulen. Temen bawa kabur … Seseorang ke kabupaten sebelah. Haha, many crazy things we’ve done. Tapi yang pasti apapun hal terberat yang terjadi, kita tetap ngelakuin bersama sambil pegangan tangan. *sweet
Oh iya, setelah kita sekamar bareng kita memiliki kesamaan, hmm, ada juga sih yang disama-samakan, kayak idung kita sama-sama mancung. Hahaa. Yang mutlak sih kita sama-sama jomblo dan post patah hati, sampai we made a promise that we never made a relationship for a year. Semoga ya sis, promise nya bukan sekedar promise.
Hai Zai, gue harap lo bakal inget terus sama gue sampai lo punya pesawat pribadi biar lo bisa bolak balik India-Indonesia. Oh iya gue lupa bilang di awal, kalo lo gadis turunan India garis keras. Iya, Zai adalah gadis India yang tumbuh dewasa di Indonesia. Gue harap, Lo bakal tetap ingat kalimat adadeh gue yang bikin lo badmood, lo bakal ingat rutinitas bangun pagi gue, lo bakal tetap ingat hal-hal unyu yang kita lakuin. Seperti coret kaca dengan lipstik, atau pelukan tiba-tiba yang cukup bisa gue rasain kalo lo mau bilang, gue kangen lo bing. Gue juga harap lo bakal ingat, flirting-flirting bareng kita liat cowok-cowok brewok. Atau mungkin pembicaran serius kita mengenai aib orang, hahaah. Tentang rutinitas kita kalo habis jaga, tentang jus kesamaan yang kita pesan tiap pulang jaga. Atau malah lo harus mengingat, hal yang paling absurd yang kita lakukan, karoke cuma berdua, atau selfie di depan Alfamart yang baru buka.
Im so thankfull to God cause i found you, i have you right know. Gue gak bakal pernah ngebayangin, apa yang bakal terjadi 7 bulan yang akan datang. Kayak yang selalu lo bilang ke gue, bing tahun depan di tanggal yang sama kita bakal ngapain ya. Sebenernya, gue gak mau memikirkan apa yang bakal terjadi tahun depan, karna yang gue tahu, lo sekarang yang mengisi 24 jam gu, gue mau nikmatin segala hal tanpa gue harus mikirin gue bakal pisah sama lo tahun depan. Orang yang sekarang hafal kapan gue menstruasi. Yang hafal kalo diet gue gak pernah berakhir. Hafal kalo cucian gue gak pernah habis, dan hafal gue lagi telfonan sama siapa.
Gue bakal kangen quote spontan yang lo ucapin ke gue saat pikiran negatif muncul di otak gue. Udah deh ya, gue udah lelah ngetik. Semoga lo gak sedih ya baca postingan gue. Dekbing sayang kak zainah karna Allah SWT.

Sesekali rindu? Pasti..
Karena pernah menjadi hal yang sangat berarti,

Sedih? Tidak lagi,
Karena sudah sangat bahagia pernah memiliki,

Sakit hati? Tidak mungkin lagi,
Karena pergi memang mengobati,

Ingin bertemu kembali? Bisa jadi,
Tetapi ketika hati sudah utuh kembali,

Walaupun berat tapi semua pasti bisa terlewati